Institusi bernama pernikahan

When my life isn't mine anymore.

When my choice doesn't matter anymore.

When my life purpose is only to please the society.


Belakangan ini jadi sering terpapar dengan orang-orang yang banyak cemas sama kehidupan orang lain. Nggak mau punya anak; menyalahkan fitrah. Nggak mau menikah; disumpahin nggak bahagia. Punten ... anak dan keluarga mereka itu, kamu yang urus kelak?


Menurut gue, bahaya banget sih ketika suatu hal yang relatif jadi punya tolok ukur yang ajek. Bahagia, contohnya. Kenapa sih konsep bahagia yang sederhana selalu digembar-gembor kalau nyatanya untuk memenuhi definisi bahagia itu harus pakai indikator yang ... nggak sederhana?

Kenapa sih, bahagia dalam konstruksi sosial kita tuh harus menikah, punya anak, anak sukses, anaknya menikah, anaknya punya anak lagi tuh kenapa? 

Padahal memutuskan buat membangun rumah tangga bersama orang lain dan membesarkan anak supaya jadi manusia yang baik kan nggak sederhana?

Kalau menurutmu bahagia itu punya pasangan dan tiga anak ya bagus, untukmu. Kalau setelah berkeluarga kamu jadi makin bahagia, ya Alhamdulillah. I'm happy for you. 

Tapi lantas apakah orang yang memilih untuk nggak menikah itu nggak akan bahagia? Apa iya orang yang sudah punya pasangan dan memutuskan nggak punya keturunan itu nggak sempurna bahagianya?

Makanya kebahagiaan sejatinya adalah hal yang relatif, karena what works for you nggak berlaku secara universal. 


"Kalo kamu tua, siapa yang ngurus?"

Apakah tujuan menikah itu supaya ada yang mengurus di hari tua?

Apa karena adanya kekhawatiran akan jadi lansia terlantar makanya kita menikah?

Kalau iya, gimana kalau kita rencanakan hari tua sebaik mungkin waktu kita masih produktif?

Apa iya kita ingin membebankan seluruh hidup kita ke orang lain?

Apa iya kita mau hidup tenang dengan mengandalkan "keturunan yang sukses dan berbakti"?


"Hidup tuh nggak melulu duniawi ..."

Iya, sepakat. Tapi apakah orang yang memilih untuk nggak berkeluarga atau nggak punya anak udah pasti nggak punya orientasi ke akhirat?

Mengambil contoh ekstrem, banyak ilmuwan Islam yang nggak menikah seumur hidupnya tapi memberikan sumbangan ilmu agama yang luar biasa. Apa iya mereka hidupnya hanya duniawi?

Bisa aja orang memilih nggak menikah dan nggak punya keturunan adalah seorang filantropis yang banyak amalnya. Bahkan mungkin amal mereka lebih banyak dari pada orang yang berkeluarga tanpa kesiapan materi, mental, dan emosional?

But who am I to judge lah. Perkara amal baik-buruk, banyak-sedikit, biar jadi urusan yang berurusan aja.


"Kalo kamu tua, siapa yang nemenin kalo nggak ada suami?"

Ih sombong banget. Kata-katanya kok seakan mendahului rencana Tuhan? Memangnya sudah pasti, orang yang kamu nikahi akan berada di sisimu sampai tua nanti?


"Jangan kebanyakan nonton Korea, nanti nggak mau nikah."



Kaga ada hubungannya, pala kotak.


I am not against marriage, nor do I have plans untuk nggak menikah. 

Tapi ketika ternyata nggak menikah adalah kehidupan yang gue jalani nantinya, gue berharap orang-orang bisa melihat gue sebagai seseorang yang lengkap dan utuh, yang mampu bahagia dengan kehidupan yang gue miliki.

Menurut gue bahaya banget sih saat lo nggak mampu bahagia dengan diri lo sendiri dan mengandalkan orang lain agar bahagia. Karena pada akhirnya yang ada dari awal sampai akhir tuh ya diri lo sendiri.

Makanya, kalau Tuhan mengizinkan gue untuk menikah, gue ingin pernikahan gue sebagai institusi yang nyata. Yang sehat dan menyehatkan. Yang mengizinkan setiap anggotanya untuk tumbuh dan hidup.

Bukan pernikahan yang hanya sebuah alat untuk memenuhi ekspektasi dan norma sosial, yang superficial, yang hanya dijadikan untuk mengenyahkan kegelisahan keluarga.


In short,

Some wanna have some eggs on their Indomie and some don't,

Some wanna sleep with the lights on and some don't.

Some wanna get married and some don't

Some wanna have kids and some don't. 

What I'm trying to say is it's just a preference, it's their lives, their choice.

They don't owe you an explanation, and you're not entitled to decide what's best for them. 

Comments

Popular posts from this blog

Ini dan Begini

Selasa Seru Pt. 2

ISSA GOOD DAY, I guess?