Kak Re,

Gue punya teori:
Intensitas gue nge-blog itu berbanding lurus dengan intensitas kegabutan, kegalauan, dan keanehan yang gue alami.

Tapi kali ini gue ga gabut dan ga galau. Cuma sedikit ngerasa aneh. Ya iyalah lo liat aja judulnya!!

---------------------------------------------------------------

Kak Re,
Aduh aneh banget, gabisa gue.

BISMILLAH semoga gaada yang baca, gaada yang tau, gaada yang cepu or ELSE gue bakal beneran nangis HUHU. Oke lanjut;

Kak Re, mungkin bisa tau lo adalah hal yang biasa aja, karena lo literally ada di mana-mana. Kenal sama lo juga adalah hal yang wajar, ya iyalah orang satu jurusan!! Bisa temenan sama lo adalah hal yang menyenangkan, karena you do bring joy and happiness and you VALUE your friends and friendship. Tapi, deket sama lo (in no so platonic way), gue gatau lagi apa yang gue rasain.

Selama kurang lebih setahun, gue berinteraksi sama lo ‒dengan cara yang sedikit berbeda dengan teman-teman yang lain‒, gue gapernah ngerasa kalo ini adalah hal yang akan gue sesali nantinya. I like to know you better, I like to be friends with you, even, I liked you. But, to be in a relationship di mana semuanya jadi serius, gue gabisa.

Mungkin salahnya adalah gue ga tegas dalam mengomunikasikan apa yang gue mau. TAPI in my defense, gue udah bilang gue gabisa. Mungkin, gue bisa lebih tegas lagi. But to be honest, when it comes to feelings, gue juga gatau apa yang harus dilakuin. Mungkin kebalikan dari gue ‒yang ngerasa apa yang udah terjadi kemarin-kemarin adalah salah satu hal yang patut gue syukuri‒, yang lewat-lewat adalah sesuatu yang bisa dibilang bukan hal yang menyenangkan buat lo. Ya gatau sih juga sih.

I never regret apapun yang udah terjadi, ‒walaupun ya dalam prosesnya gue sering banget ngerasa kalo ini adalah sesuatu yang salah‒ yang sekarang kejadian, dan yang mungkin akan terjadi. Gue gapernah menyesal karena gapernah melabelkan apapun itu yang kita punya kemarin, walaupun, jujur, label terdengar sangat menyenangkan dan menenangkan. Gue ga menyesal ngeliat lo sekarang udah sama orang lain, pun ga menyesal ketika gue harus ga ngerasasin lagi privilege yang lo kasih. Mungkin, satu-satunya penyesalan ‒kalo bisa dibilang, sih‒ adalah gimana cara gue memperlakukan lo dulu, sampe lo sering ngerasa insecure dan ngerasa diri lo ga worth. That was mean, I know. Gaada siapapun yang boleh diperlakukan kayak gitu.

Semoga ke depannya cuma bahagia dan tenang yang dirasakan, aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Ini dan Begini

Selasa Seru Pt. 2

ISSA GOOD DAY, I guess?